JUAL HAP LENGKAP BERBAGAI MERK BISA DI CICIL 0%

handphone-tablet

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN Tentang :MENGIDENTIFIKASI KONSEP DASAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN





MAKALAH
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Tentang
MENGIDENTIFIKASI
KONSEP DASAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa.
Di Sekolahlah segala aspek pembelajaran atau pendidikan bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasannya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik, professional, dan harus terus-menerus
Pengelolaan pembelajarn tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan pembelajaran dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi belajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pengelolaan pembelajaran?
2.      Apa tujuan dan fungsi pengelolaan pembelajaran ?
3.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan pembelajaran?
C.    Manfaat
           Makalah ini dapat mempermudah pembaca dalam mempelajari  pengelolaan pembelajaran dalam rangka pengertiann tujuan, manfaat, dan faktor yang mempengaruhi pengeloaan pembelajaran serta memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang masalah yang dibahas dalam makalah ini. Terutama dalam  hal yang berkaitan dengan pendidikan.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan Atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan[1]
Banyak didefenisikan oleh para ahli tenatang pengelolaan. Terry , mengartikan pengelolaan sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain.  Jhon D. Millet, pengelolaan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan. Andrew F. Siulus, pengelolaan pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasion, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efesien. Sedangkan Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko, adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya manusia dan daya organisasi lainya, agar mencapai organisasi yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi. Agar bisa tercapai hasil yang optimal, maka segala sesuat perlu pengelolaan.[2]
Pengelolaan atau disebut juga dengan manajemen adalah pengadministrasi, pengaturan atau penataan suatu kegiatan yang akan dilakukan.[3] Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelengaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle, proses pembelajaran berada dalam empat variable interaksi, yaitu;
1.      Variable pertanda (presage variables) berupa pendidik
2.      Variable konteks (contex variables) berupa peserta didik
3.      Variable proses (process variables)
4.       Variable produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Adapun pengelolaan variabel dalam pembelajaran diantaranya;
a.       Pengelolaan siswa
Siswa  dalam Kedudukan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan “produsen” artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya mermiliki kemampuan yang beragam, karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokkan secara campuran sebagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya. Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapapun, kapanpun, dimanapun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendaki siswa. Dan untuk itulah guru dapat merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika prosses belajar mengajar berlangsung.
b.      Pengelolaan Guru
Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru disekolah sebagai “bapak” kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak.


c.       Pengelolaan Pembelajaran
Pengembangan pembelajaran pendidikan agama islam memerlukan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan.
d.      Pengelolaan Lingkungan Kelas
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu; ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan kompetensi), dan bina suasana dalam pembelajaran.

B.     Tujuan Pengelolaan Pembelajaran
Setiap organisasi yang ingin sukses, apakah itu organisasi kemasyrakatan, pendidikan, kelompok sementara, dan keluarga. Harus tau dan menyadari betul apa sebenarnya yang akan dicapai melalui pembentukan organisasi [4]
Tujuan merupaka komponen utama yang lebih dahulu dirumuskan guru dalam proses belajar-mengajar, peranan tujuan sangat penting sebab menentukan arah proses belajar-mengajar. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan bahan pelajaran, penetapan metode mengajar dan alat bantu pengajaran serta memberi petunjuk terhadap penilaian, untuk dapat memahami persoalan tujuan akan dijelaskan hal yang berkenaan dengan tingkat dan klasifikasi tujuan dan cara merumuskan terutama tujuan instruksional/tujuan pengajaran.
1.      Tujuan umum pendidikan, yakni pembentukan manusia pancasila yang ditetapkan oleh pemerintah biasanya melalui undang-undang
2.      Tujuan institusional, yakni tujuan lembaga pendidikan berupa niat dan harapan siswa.
3.      Tujuan kurikuler, yakni tujuan bidang studi/mata pelajaran program-program pendidikan sesuai kurikulum lembaga pendidikan
4.      Tujuan instruksional, yakni tujuan proses belajar dan mengajar yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pendidikan sehari-hari[5]

C.     Fungsi-fungsi pengelolaan dalam pembelajaran
Ketika seorang guru merancang pembelajaran harus dapat mengenali kebutuhan-kebutuhan dan mewaspadai kendala-kendala serta batasan-batasan yang barang kali dijumpai daam realitas. Dalam mengkaji kebutuhan-kebutuhan belajar suatu program pembelajaran direncanakan atau mulai dipertimbangkan, guru sebagai perencana sering mendapat informasi tentang kendala yaitu:
1.      Keterbatasan dana atau anggaran untuk mendukung pembelajaran
2.      Penyesuaian waktu dan program yang harus dipersiapkan  untuk dilaksanakan pada tahun depan, semester depan, minggu depan atau besok
3.      Keterbatasan perlengkapan pembelajaran yang  diperlukan
4.      Ruangan belajar yang tersedia dan
5.      Keterbatasan kebutuhan belajar lainnya.
Untuk memahami materi perencanaan pengajaran atau pembelajaran ada baiknya lebih dulu memahami manajemen atau pengelolaan, karena perencanaan merupakan bagian dari fungsi manajemen. Seperti yang dikemukakan oleh Tery manajemen merupakan proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melali pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya yang lainnya.
Winardi, pendapat ini dipertegas lagi oleh Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1982) mengatakan  bahwa manajemen adalah suatu tindakan, kegiatan, atau tindakan dan dengan tujuan tertentu melaksanakan pekerjaan  manajerial.  Jadi, manajemen adalah suatu tindakan atau kegiatan  merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,  mengendalikan atau melakukan pengawasan. Manajemen pembelajaran di sekolah merupakan pengelolaan pada beberapa unit  pekerjaan oleh personil yang diberi wewenang untuk itu yang muaranya  pada suksesnya program pembelajaran. Dengan demikian mengacu pada prinsip yang dkemukakan tersebut, maka keefektifitasan manajemen pembelajaran dapat dicapai  jika fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,   dan pengawasan dapat diimpletasikan dengan baik dan benar dalam program.
1.      Penerapan fungsi perencanaan dalam kegiatan pembelajaran
Perencanaan adalah proses  penetapan dan pemanfaatan  sumber daya secara  terpadu  yang diharapkan dapat menunjang kegiataan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini Gaffar (1987) menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyususnan berbagai keputusan yang akan ditentukan. Sedangkan Banghart dan Trull (1973) mengumukakan bahwa perencanaan adalah awal dari semua proses yang rasional, dan mengandung sifat optimisme didasarkan atas percayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permaslahan.
Jadi perencanaan pembelajaran adalah awal dari semua proses yang rasional sebagai  proses penetapan, penyusunan berbagai keputusan penyelenggaraan pembelajaran yang akan di laksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pemanfaatan sumber daya pendidikan yang tersedia secara terpadu
Artinya perencanaan pembelajaran pada prinsipnya meliputi:
a.       Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru,  kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam implemtasi pembelajaran
b.      Membatasi sasaran atas dasar tujuan intruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerjauntuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target pembelajaran
c.       Mengembangkan alternatif-altrernatif  yang sesuai dengan strategi pembelajaran
d.      Mengumpulkan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran
e.       Mempersiapkan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2.      Penerapan fungsi pengorganisasian dalam kegiatan pembelajaran
      Kegiatan pengorganisasian pembelajaran bagi tiap guru dalam institusi sekolah dimaksudkan untuk siapa yan melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian, dengan membagi tanggung jawab setiap personel sekolah dengan jelas sesuai dengan bidang, wewenang, mata ajaran, dan tanggung jawabnya. 
Dalam hal ini Gorton  mengemukakan pengorganisasian adalah terbaginya tugas kedalam berbagai unsur organisasi, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan tugas kedalam sub-sub atau komponen-komponen organisasi. Sedangkan Oteng Sutisno  menyatakan bahwa pengorganisasian sebagai kegiatan menyusun stuktur dan membentuk hubungan-hubungan agar di peroleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama.[6]
Administrsi  pendidikan di lingkungan sekolah pada dasarnya meliputi dua unsur pokok sebagai berikut :
a.       unsur menejemen admiistratif yang terdiri dari :
1)      Perencanaan kegiatan sekolah
2)      Pengorganisasian sekolah
3)      Bimbingan dan pengarahan kegiatan di sekolah
4)      Koordinasi kegiatan-kegiatan di sekolah 
5)      Penilaian dan kontrol kegitan di sekolah
6)      Komunikasi di sekolah
b.      Unsur  menejemen operatif yang terdiri dari
1)      Ketatausahaan sekolah
2)      Keuangan sekolah
3)      Kepagawaian di sekolah
4)      Perbekalan di sekolah
5)      Hubungan masyarakat di sekolah[7]
3.      Penerapan fungsi penggerakan dalam kegiatan pembelajaran
Menggerakan (actuating). menurut Terry, berarti merangsang anggota-anggota kelompok yang baik  dalam konteks pembelajaran disekolah tugas pengerakan dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional, sedangkan dalam konteks penggerakan dilakukan oleh guru sebagai penanggung jawab pembelajaran.
Pnggerakan dalam proses pembelajaran di lakukan oleh pendidik dengan suasana edukatif agar  siswa apat melaksanakan tugas belajar dengan penuh antusias, dan mengoptimalkan kemampuan belajarnya dengan baik. Peran guru sangat  penting dalam menggerakkan  dan memotivasi para siswanya melakukan aktifitas belajar dalam kelas, labor atorium, perpustkaan, praktek kerja lapangan dii.
Sedangkan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional menggerakkan personel dan potensi sekolah untuk mendukung sepenuhnya kegiatan pembelajaran yang di kendalikan oleh guru dalam upaya membelajarkan anak didik. Penggerakan yang dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional dan guru sebagai pemimpin pembelajaran paling tidak meliputi:
1)      Menyusun kerangka waktu dan biaya yang di perlukan baik untuk institusi maupun pembelajaran secara rinci dan jelas
2)      Memprakarsai dan menampilkan kemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan
3)      Mengeluarkan instruksi-instruksi yang pesifik ke arah pencapaian tujuan
4)      Membimbing, memotivasi, dan melakukan supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru.[8]
D.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Pembelajaran
1.      Faktor kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat bahwa sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus memiliki perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.

2.      Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut ing. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan peljaran oleh orang kepada orang lain agar orang itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas adalah sebagai murid/siswa atau mahasiswa, yang dalam proses belajar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya serta seefektif mungkin.
      Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode belajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikanya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa tidak senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk mempelajarinya
3.      Fakto relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh lerasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehi ngga siswa berusaha mempelajarinya dengan sebaik baiknya.
Firman Allah SWT dalam QS Ali-Imran 159
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù ö
Nåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya



4.      Faktor relasi siswa dengan siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijak sana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang tidak menyenangkan teman lain, mkempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya mangkin parah masalahnya dan akan terganggu pelajarannya. Akibatnya malas masuk sekolah dengan berbagai alasan disebabkan di sekolah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-temanya.
5.      Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, disiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan, keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim dalam pelayananya kepada siswa.
      Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin mebuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh positif terhadap pelajaranya, banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan diperpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain di siplin pula.
6.      Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubunganya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar yang dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat peljaran yang lengkap dan tepat yang akan mempelancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa sudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.
7.      Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, pagi, siang, sore dan malam. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah pada sore hari, sebenarnya kurang dapat di pertanggungjawabkan. Di mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
8.      Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru, bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajaran, guru semacam itu merasa senag, Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuia dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah terumuskan dapat tercapai.
9.      Faktor kehidupan lingkungan sekitar
Kehidupan masyarakat sekitar adalah perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
      Tempat belajar hendaknya tenag, jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari sekitar . untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan. Akan tetapi keadaan yang terlampau menyenangkan seperti kursi yang empuk dapat merugikan. Sebelum belajar harus disediakan segala sesuatu yang diperlukan. Buku-buku, buku tulis, kertas, pensil dan lain-lain harus tersedia rapi, hingga pelajaran tidak terputus karena mencari-cari buku atau meruncingkan pensil, dan lain-lain[9].
10.  Faktor guru
Guru adalah pelaksana utama penerapan pembelajaran tuntas yang meliputi: Pertama, penepatan tujaun pembelajaran, Hal-hal; yang harus diperhatikan dalam menetapkan tujuan pembelajaran adalah:
a)      Keterkaitan dengan kondisi yang ada dan standar kompetensi yang harus dicapai.
b)      Kandungan tugas-tugas yang berkaitan dengan fakta, konsep, prosedur, aturan atau prinsip.
c)      Urutan pencapaian kompetensi dan urusan indikatornya.
d)      Modul-modul yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan.
Kedua, pengorganisasian pembelajaran. Ciri pengorganisasian pembelajaran dalam belajar tuntas adalah:
a)      Guru melkukan siklus pembelajaran mulai dari persiapan, presentasi, interaksi dan refleksi dengan pendekatan pedagogis
b)      Menetapkan sasaran pembelajaran, memperkirakan waktu dan menginformasikan prasyarat keterampilan serta memonitor pemahaman siswa.
c)      Melakukan proses pembelajaran. Adapun proses pembelajaran tersebut mencakup: (a) pembelajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang dibaca dari lingkup dan urutan pembelajaran yang ada pada kurikulum, (b) menggunakan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tujuan atau sasaran pembelajaran, (c) memberikan umpan balik yang humanis dan akademis dengan segera, (d) memaksimalkan prilaku dalam bertugas dan menggunakan waktu dengan efektif, (e) menerapkan berbagai alternatif strategi belajar mengajar, (f) menetapkan acuan patokan untuk tes formatif, (g) menyiapkan pembelajaran remedial, tes ulang, dan kunci jawaban, serta (h) menyediakan glosari untuk istilah teknis, akronim, kepanjangan istilah.
Ketiga, melakukan evaluasi, dalam evaluasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)      Menyiapkan kisi-kisi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan matyeri ajar.
b)      Menyiapkan jenis-jenis pengukuran melalui tes formatif, tes sumatif, dan non tes.
c)      Reliabilitas dan validitas tes.
Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasi suatu kompetensi mengacu ke indikator-indikator yang telah ditentukan. Tidak semua indikator harus dinilai guru. Sekolah menetapkanminimal 75% indikator-indikator yang dianggap sangat penting dan mewakili masing-masing kompetensi dasar dan hasil belajarnya untuk dinilai. Untuk mengumpulkan informasi apakah suatu indikator telah tampil pada diri peserta didik dilakukan penilaian sewaktu pembeljaran berlangsung atau setelah pembelajaran.


11.  Faktor peserta didik
Peserta didik dalam belajar tuntas harus memiliki sikap mandiri. Ketahanan fisik dan mental dalam belajar, semangat mencari ilmu yang tinggi, bersungguh-sungguh dalam belajar, dapat belajar secara mandiri, dan memiliki sifat proaktif dan mudah berkomunikasi dengan yang lain untuk mendapatkan ilmu
               Jadi, faktor guru dan peserta didik sangatlah berpengaruh pada ketuntasan hasil belajar, karena guru sebagi pelaksana utama penerapan pembelajaran tuntas dan peserta didik sebagai subjek dan objek pendidikan.
12.  Kegiatan Pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar.
13.  Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di daam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buu paket untuk dikonsumsi oleh anak didik.  Guru yang membuat perencanaan yang sistematis dan penggunaan alat evaluasi.
14.  Suasana Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilakukan dalam kelas masing-masing. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik.[10]








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengelolaan pembelajaran adalah suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas yang bertujuan dari pengelolaan pembelajaran ini adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secaara efektif dan efesien. Pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam pembelajaran. Dengan kata lain,pembelajaran merupakan suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran.

B.     Saran
Dalam pembuatan makalah ini mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca dan terutama pada pemakalah sendiri. Oleh karena itu pemakalah meminta kritik dan saran yang dapat untuk membangun, demi kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.















DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1990.  Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta
Djamarah, Syaiful Bahri dkk. 1996.  Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Rineka Cipta
Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga,
Jakarta: PT  Unung
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bndung: Alfeta
Slameto. 2003. Belajar dan  Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta
Sobri, dkk. 2009.  Pengelolaan Pendidikan, Yogyakarta: Multi Pressindo
Sudiana, Nana. 2005.  Dasar-dasr Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo





[1] syaiful Bahri Djamarah, dkk,  Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 1996), h. 196
[2]Sobri, dkk, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), h. 1-2
[3] Suharsimi Arikunto, Manajemen pengajaran secara Manusiawi, (PT. Rineka Cipta, Jakarta,1990), h.2
[4] Op.cit., h. 13
[5] Nana Sudiana, Dasar-dasr Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), h. 56-57
[6] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bndung: Alfeta, 2010), h. 131-143
[7] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga, (Jakarta: PT  unung , 1989), h. 73
[8]  Op.Cit., h. 145
[9] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi nya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 64-68
[10] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.17-20

Related Posts:

0 Response to " PENGELOLAAN PEMBELAJARAN Tentang :MENGIDENTIFIKASI KONSEP DASAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN"

Posting Komentar

FASHION LENGKAP

fashion wanita